PENGERTIAN TENTANG Suku Dayak
Suku Dayak terbilang cukup dominan mendiami Tanah Borneo. Suku ini memiliki banyak keunikan dan kekhasan dalam kebudayaan dan adatnya. Untuk lebih mengenal dan mengerti tentang salah satu suku di Indonesia ini,penulis akan menjabarkan secara singkat seperti dibawah ini.
Persebaran
Penyebaran Suku Dayak cukup luas di pulau Kalimantan,khususnya Kalimantan tengah seperti contoh dibawah ini :
Dari gambar diatas bisa kita lihat bahwa masyarakat Dayak memiliki persebaran yang cukup luas dengan keragaman yang tinggi , dan tidak berhenti sampai disitu dari ketujuh ragam suku-suku tersebut masih terdapat suku-suku kecil didalamnya.
I . Dayak Ngaju :
· Dayak Ngaju = 53 suku kecil
· Dayak Maanyan = 8 suku kecil
· Dayak Dusun = 8 suku kecil
· Dayak Lawangan = 8 suku kecil
II. Dayak Apu Kayan :
· Dayak Kenya = 24 suku kecil
· Dayak Kayan = 10 suku kecil
· Dayak Bahau = 26 suku kecil
III. Dayak Heban :
· Dayak Heban = 11 suku kecil
IV. Dayak Klemantan :
· Dayak Ketungau = 47 suku kecil
· Dayak Klemantan = 40 suku kecil
V. Dayak Murut :
· Dayak Murut = 28 suku kecil
· Dayak Idaan = 6 suku kecil
VI. Dayak Punan :
· Dayak Punan = 24 suku kecil
· Dayak Basap = 20 suku kecil
· Dayak Ot = 3 suku kecil
· Dayak Bukat = 3 suku kecil
VII. Dayak Ot Danum :
· Dayak Ot Danum = 61 suku kecil
Rumah Tradisional Suku Dayak
RUMAH BETANG![](https://lh5.googleusercontent.com/EIU30ub5wfMc9DLpmW1dyUcrTTwpnClV4r-KGt7edzcdxLrsx4z2kXWTUY7ajVp8hGV5-3GJQJ_yrT69T9eoaFcuFBFtWO36Ty6iLdyA9_TC8aNmRyCEBajCvA)
Rumah tradisional suku Dayak disebut Betang, adalah tempat kediaman suku Dayak di beberapa daerah Kalimantan Tengah. Betang melambangkan sifat-sifat khas suku Dayak, yaitu kewaspadaan, kerukunan hidup dan persatuan.
Konstruksi betang memungkinkan berpuluh keluarga dapat tinggal dengan rukun dan aman. Betang dibuat memanjang, bertiang tinggi dengan satu tangga, disebut tangga lempang, yaitu kayu bulat ditarah menjadi lekuk-lekuk.
Betang dibuat dengan konstruksi bertiang tinggi dimaksud untuk menghindarkan keluarga dari serangan musuh ataupun binatang buas. Pada malam hari, untuk menghindari serangan musuh atau binatang buas, tangga lempang ini diangkat ke atas rumah. Dengan cara itu musuh tidak bisa memasuki rumah dengan cara memanjat tiang rumah.
K Keagamaan
Masyarakat Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot Danum, dan Ma’anyan di Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi: agama Islam, Kristen, Katolik, dan Kaharingan (pribumi). Kata Kaharingan diambil dari Danum Kaharingan yang berarti air kehidupan. Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh:
- Sangiang nayu-nayu (roh baik);
- Taloh, kambe (roh jahat).
Dalam syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
- Upacara pembakaran mayat,
- Upacara menyambut kelahiran anak, dan
- Upacara penguburan mayat.
Upacara pembakaran mayat disebut tiwah dan abu sisa pembakaran diletakkan di sebuah bangunan yang disebut tambak.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pada suatu kelompok masyarakat. Mata pencaharian masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Demikian juga dengan yang terjadi pada mata pencaharian suku Dayak yang berada di Kalimantan. Mata pencaharian mereka dipengaruhi oleh faktor geografis yang berhubungan dengan tempat tinggal, latar belakang pendidikan, sosial dan kepercayaan. Secara umum, mata pencaharian masyarakat suku Dayak adalah bertani, berburu dan bekerja di pemerintahan.
· Bertani
Pada jaman dulu, sejak sebelum pendidikan formal masuk ke pemukiman Dayak yang ada di dalam hutan, kebanyakan masyarakat Dayak memiliki mata pencaharian sebagai petani yang menggarap lahan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Tidak seperti masyarakat petani suku Jawa yang menanam padi di Sawah, suku Dayak menanami kebun mereka dengan jenis padi Gogo yang bisa tumbuh di lahan kurang air dan juga tanaman seperti singkong, ubi jalar dan pisang. Kondisi tanah di Kalimantan memiliki lapisan humus tipis dan berjenis tanah gambut, maka lahan perkebununan suku Dayak mudah sekali kehilangan kesuburan. Cara meningkatkan kesuburan adalah dengan membakar lahan dan membuka lahan baru. Namun semenjak mengerti cara pertanian modern, sistem ladang berpindah dan juga membakar hutan ini sudah ditinggalkan karena dapat merusak lingkungan.
· Berburu hewan
Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah masa tanam, yakni saat menunggu panen dari kebun mereka. Mata pencaharian suku Dayak pedalaman ini biasanya berburu di hutan dan mencari ikan di Sungai. Hewan yang sering menjadi tangkapan mereka dan menjadi makanan sehari-hari adalah babi hutan, unggas dan hewan yang bisa ditangkap lainnya. Dengan masuknya pendidikan formal di kalangan suku Dayak, banyak dari mereka yang meninggalkan pola berburu menjadi pola beternak. Umumnya ternak mereka adalah babi karena sangat mudah mencari makanannya. Babi adalah bahan makanan dan juga merupakan binatang yang sering digunakan dalam upacara adat tradisional suku Dayak. Selain itu juga ada ayam yang diternak secara bebas, tanpa diberikan kandang.
· Pegawai
Banyak putra suku Dayak yang berhasil menempuh pendidikan hingga tingkat yang paling tinggi sehingga merubah pola mata pencaharian suku Dayak. Banyak dari generasi baru suku Dayak ini yang kemudian menjadi pegawai negeri, karyawan di perusahaan swasta atau BUMN bahkan menjadi pejabat di pemerintahan. Selain itu banyak juga yang kemudian kembali di tanah kelahirannya untuk menjadi guru, kepala desa, bidan atau tenaga medis lainnya. Mereka membagi ilmu dari bangku sekolah dan menularkannya pada saudara yang berada di pedalaman.
Senjata khas (MANDAU)
Suku Dayak adalah suku yang gemar sekali berpetualang, sehingga untuk memberi kenyamanan dalam perjalanannya seorang putra dayak akan melengkapi dirinya dengan senjata. Mandau adalah salah satu senjata suku Dayak yang merupakan pusaka turun temurun dan dianggap sebagai barang keramat.
Mandau bertatah, atau berukir dengan menggunakan emas, perak atau tembaga sedangkan ambang atau apang hanya terbuat dari besi biasa.Mandau atau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau dirawat dengan baik karena diyakini bahwa mandau memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi mereka dari serangan dan maksud jahat lawan.
Hingga sekarang Mandau masih mewarnai kehidupan suku-suku Dayak, baik untuk berburu ataupun untuk kegiatan sehari-hari. Sedangkan Mandau yang sering kali kita liat dipergunakan dalam seni tari, kebanyakan adalah Mandau Imitasi atau tiruan. Ha itu tak lain sebagai bentuk pelestarian pada budaya bangasa pada generasi selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar